Minggu, 28 Agustus 2011

TEKNIK EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN PRODUKTIF



A. Pendahuluan
Pada dasarnya upaya-upaya perbaikan dan penerapan program-program pembelajaran inovatif yang di antaranya merupakan penerapan konsep-konsep: Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiencial Learning, Problem Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, dan Constructivism dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centred, learning-oriented), untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang dan sekaligus menyenangkan. Lebih jauh, siswa diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar, bukan sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Yang terakhir itu sering disebut dengan pendekatan permukaan (surface approach), atau belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan para siswa dewasa ini.
Makalah ini akan membahas tentang suatu inovasi model pembelajaran yang kreatif dan produktif. Model Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil ekplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan memungkinkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.
2.        Siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi. Dengan perkataan lain, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat. Di samping itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama, dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.
3.        Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Di samping itu, siswa juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta re-kreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman.
4.        Pada dasarnya, untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal, dalam Black, 2003). Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang idea-idea besar dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk menunjukkan/ mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri (Black, 2003).
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, model pembelajaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. Dengan karakteristik seperti itu, model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang studi, baik untuk topik-topik yang bersifat abstraks maupun yang bersifat konkret.
Jika model pembelajaran kreatif dan produktif ini dilakukan apa sebenarnya tujuan model pembelajaran ini? Materi apa saja yang dapat disampaikan mengunakan model pembelajaran ini? bagaimana kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan? Bagaimana seharusnya evaluasi dilakukan? Pertanyaan tersebut akan diungkapkan dalam makalah ini dalam rangka menentukan teknik evaluasi dalam model pembelajaran yang inovatif, yang pada tulisan ini  model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran kreatif dan produktif.

B. Tujuan (Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring)
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini antara lain:
1.        pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu,
2.        kemampuan menerapan konsep / memecahkan masalah, serta
3.        kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.
Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui model pembelajaran kreatif dan produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama; yang semuanya merupakan tujuan pembelajaran jangka panjang. Tentu saja dampak pengiring hanya mungkin terbentuk, jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Hal itu akan tercapai, jika model pembelajaran ini diterapkan secara benar dan memadai.

C. Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan model kreatif dan produktif merupakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat serta keterampilan menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata. Berbagai bidang baik konkrit atau abstrak seperti Sastra, IPA, IPS, Bahasa, Matematika, dll dapat menggunakan model pembelajaran ini.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru, dengan berpegang pada hakikat setiap langkah, sebagai berikut.

1.      Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang langkah/cara kerja serta hasil  penilaian. Negosiasi tentang aspek-aspek tersebut dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.

2.      Eksplorasi
Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji. Eskplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, menonton satu pertunjukan, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya bidang yang harus dieksplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan eksplorasi yang singkat dapat dilakukan pada jam pelajaran. Agar eksplorasi menjadi terarah, panduan singkat sebaiknya disiapkan oleh guru.

3.      Interpretasi
Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika hal itu memang diperlukan. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka, meskipun persiapannya sudah dilakukan oleh siswa di luar jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil pemahamannya tersebut di depan kelas dengan caranya masing-masing, diikuti oleh tanggapan dari siswa lain. Pada akhir tahap interpretasi, diharapkan semua siswa sudah memahami konsep/ topik/masalah yang dikaji.

4.      Re- Kreasi
Dalam tahap re-kreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/ topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Re-kreasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti.

E. Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan/ argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kiteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.
Dengan demikian evaluasi yang dapat menunjukkan prestasi siswa merupakan proses terus menerus mencari fakta sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana prestasi yang menggambarkan kekuatan, kemampuan dan pencapaian siswa termasuk didalamnya pemahaman konsep, penalaran dan berkomunikasi, serta penyelesaian masalah. Penilaian dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan mengidentifikasi konflik kognitif yang dimiliki siswa sehingga perlu remidi, dihilangkan atau bahkan diganti. Selain itu penilaian juga untuk mengidentifikasi strategi belajar siswa yang paling bisa berhasil, menginformasikan kekuatan atau kelemahan siswa tentang pengetahuan dan strateginya, menginformasikan kepada guru untuk digunakan didalam pembelajaran sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Hasil penilaian tentang prestasi siswa seharusnya dapat memberikan informasi tentang kompetensi siswa antara lain kemampuan:
  1. Membaca, mendengar, menyimpan sesuatu informasi yang memberikan informasi tentang pemahaman konsep
  2. Menganalisis, mensintesis, merefleksi, dan mengembangkan ide sebagai informasi tentang penalaran (pengetahuan strategi)
  3. Mengaplikasikan proses  berpikir logik seperti: mendefinisikan suatu bentuk, mengidentifikasi asumsi-asumsi, menghipotesakan penyelesaian masalah yang akhirnya mampu menyelesaikan atau membuktikan
  4. Menyampikan informasi atau pemahamannya secara tulisan atau lisan
  5. Bekerja mandiri, namun juga berkolaborasi dengan sesama temannya untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok
Dari kelima komponen tersebut, nampaklah bahwa penilaian itu memang seharusnya terintegrasi dalam pembelajaran. Penilaian yang menyatu dalam pembelajaran memerlukan 6 standar penilaian, yaitu:
  1. Merefleksikan pemahaman konsep yang diketahui dan dapat dikerjakan siswa.
  2. Dapat meningkatkan proses pembelajaran
  3. Dapat mendorong ekuilibrasi dalam proses adaptasi suatu informasi
  4. Merupakan proses terbuka
  5. Dapat memberikan kesimpulan yang valid tentang hasil belajar
  6. Merupakan proses yang koheren (NCTM,2000).
Dari keenam standar tersebut diperlukan kriteria penilaian agar bisa dijabarkan lebih lanjut. Untuk menilai apa yang telah dipelajari siswa diperlukan karakteristik penilaian (Sawada, 1997: Kilpatrick, dkk, 2001) yang diantaranya adalah:
1.      Kelancaran. Siswa lancar dalam menyelesaikan masalah. Indikasinya adalah berapa banyak solusi atau berapa cara menyelesaikan masalah yang yang dapat dihasilkan oleh siswa.
2.      Fleksibilitas. Siswa dapat menemukan ide-ide  yang fleksibel, indikasinya adalah berapa banyak ide yang berbeda yang ditemukan siswa.
3.      Keaslian. Siswa dalam berpikir menunjukkan  seberapa tinggi derajat keaslian ide-ide yang dikemukakan siswa . Jika seseorang atau kelompok siswa sampai ke suatu ide yang unik atau pemahaman yang dalam atau tingkat kesignifikanannya tinggi harus dinilai tinggi.
4.      Elegansi. Proses berpikir siswa menunjukkan derajat keunggulan dalam ide yang dikemukakan. Indikasinya adalah ada siswa yang menyatakan ide dengan ambigu, sedang yang lain menyatakan ide yang sederhana, jelas dan tepat.
5.      Pemahaman konseptual. Siswa mampu menjelaskan keterkaitan konsep-konsep/prinsip sehingga diindikasikan adanya jaringan konsep dalam benak siswa yang kaya akan hubungan-hubungan, sehingga suatu unit pengetahuan konseptual tidak terisolasi dari informasi lain atau adanya keterpaduan konsep.
6.      Pemahaman prosedural. Siswa mampu menunjukkan dua vagian yang berbeda, yang pertama tersusun sebagai bahasa formal atau sistem representasi simbol, dan kedua terdiri dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas. Dalam pemahaman prosedural tersebut, indikasi kriteria memuat bagaimana hasilnya, menjelaskan hasil tersebut, dan menunjukkan proses mendapat hasil tersebut.
7.      Kompeten dalam strategi. Siswa kompeten dalam strategi diindikasikan dengan kemampuan memformulasikan, menyatakan, dan menyelesaikan tugas.
8.      Penalaran yang adaptif. Siswa yang penalarannya adaptif diindikasikan dengan siswa dalam bekerjanya mampu berpikir logik, merefleksi, menjelaskan, dan menjustifikasi.
9.      Disposisi produktif. Siswa diindikasi cenderung atau terbiasa dalam melihat ilmu sebagai kegunaan, kebermaknaan, pasangan keyakinan yang mantap dan efektifitas dalam dirinya.
Dengan 9 kriteria penilaian tersebut tentu saja diperlukan instrumen yang sekiranya dapat mengungkapkan antara lain kemampuan memahami konsep, penalaran dan komunikasi, menyelesaikan masalah. Dalam komunikasi atau penyelesaian masalah tentu tidak terlepas dari penalaran yang pelaksanaannya: merepresentasikan, mendengarkan, membaca, mendiskusikan, atau menulis (Baroody, 1993). Dalam penalaran akan nampak kemampuan mengaitkan konsep dan aplikasinya dalam pemahaman lanjutan atau penyelesaian masalah atau menganalogikan dan ini terkait di dalam komunikasi.
Penilaian komprehensif memerlukan instrumen penilaian yang mengacu pada 9 kriteria penilaian (tidak harus memuat semuanya), sehingga penilaian terhadap hasil dan proses belajar diharapkan optimal, akurat, dan adil. Dari instrumen penilaian yang tersusun seperti uraian diatas, diharapkan guru dapat menetapkan keputusan terhadap kemampuan atau kompetensi siswa. Instrumen yang digunakan untuk penjaringan/monitoring proses belajar siswa dapat berbentuk tes/ujian tulis/lisan, tes penampilan, proyek, dan portofolio.

F. Penutup
Model pembelajaran kreatif dan produktif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut, antara lain, terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu model pembelajaran yang memang sangat berbeda dari pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa membelajarkan semua materi, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran seperti ini dapat diatasi dengan pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan menyediakan panduan yang, antara lain, memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan. Kendala lain adalah waktu. Model inif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu, waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan terstruktur dan mandiri. Terlepas dari kelemahannya, model pembelajaran kreatif dan produktif mempunyai kekuatan seperti yang sudah dideskripsikan dalam dampak instruksional dan dampak pengiring. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu kreativitas, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.
Teknik evaluasi yang dilakukan dalam model ini  adalah penilaian komprehensif yang dilakukan secara kontinu dan terpadu dalam pembelajaran. Sebagai operasionalisasinya penilaian dapat diaplikasikan kedalam cara bagaimana siswa menyelesaikan suatu masalah, sehingga dapat ditetapkan prestasi belajar siswa.

G.  Sumber Bacaan
Baroody, Aj. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Comunication. New York: Macmilan
Depdiknas. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan
Grouws, DA(ed). 1992. Handbook of Reasearch on Mathematic Teaching and Learning. New York: Macmillan
Hudoyo, H, 2005. Kapita Selekta Pembelajarn Matematilka. Malang: FMIPA UM
..................., 2005. Pengembangan Penilaian Kognitif dalam Meningkatkan Prestasi Siswa. Yogyakarta: Jurusan P Matematika UNY.
Sawada T. 1997. Developing Lesson Plans. Reston: NCTM         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar